SITUASI HAMPA

Ketika pesta perkawinan itu sudah siap menerima sepasang pengantin… Ketika bunga hiasan dan renda-renda penutup meja terpasang sudah dengan santapan rapi dan terlihat indah, tiba-tiba datang berita duka bahwa pengantin pria mengalami kecelakaan di jalan tol dan meninggal karena mobilnya dihempas truk tatkala konvoi pengantin ini bergerak menuju rumah pesta…

Lalu apa yg akan terjadi dalam pesta kebun perkawinan itu..???

Inilah pertanyaan Jean Paul Sartre, ketika ia berusaha memaparkan kenyataan sejati manusia yg disebut sebagai situasi hampa..

Coba bayangkan, Apa yang bisa dilakukan manusia ketika badai kedukaan datang menerpa padahal saat itu, ia sedang berada di puncak kebahagiaan dalam hidupnya…

Sungguh bisa difahami kalau kebanyakan dari kita belum siap menerima kenyataan sepahit ini, bahkan dalam waktu sekejap saja orang bisa gila manakala jagad akal sehatnya tidak kuat bertahan. Seluruh tatanan konstruksi duniawi yg dibangun oleh tukang hias kembang pengantin, oleh penyiap makanan atau oleh panitia pesta, seolah runtuh terbongkar dari dasar dengan sebuah kenyataan sejati, berita duka yg bernama “kematian”

Semua seolah menjadi tak berharga lagi, seperti misalnya rangkaian bunga hias di meja pesta setelah berita kematian itu, menjadi sama dengan bunga yg telah dicampakkan ke dalam tong sampah.

Kita memang akan menemukan kehampaan diri manakala sedang diterjang oleh badai kehidupan seperti ini, atau semacam ketidakpastian masa depan, kekacauan nasib yang datang silih berganti tanpa menyisakan ruang hening pada kita untuk sejenak dapat menghela nafas. Beberapa tahun yang lalu, dalam sebuah sesi tanya jawab disebuah acara pesantren kilat remaja, sayamencoba menggugah mereka dengan sebuah pertanyaan kecil:

"Mengapa kita butuh Tuhan? Mengapa kita butuh agama? Bukankah manusia dengan akal sehat dan teknologi yang dimilikinya mampu merekayasa kehidupan, mampu mencapai tempat-tempat yang jauh di angkasa? Bukankah kini manusia mampu mengendalikan cuaca? dan seterusnya dan seterusnya "

Beragam jawaban pun bermunculan dari mereka.. Dan tidak ada yang salah dari jawaban-jawaban itu.. hanya saja saya menyodorkan sebuah kesejatian bahwa; Hidup ini memang langka dan tidak pasti... Hidup menjadi langka karena kenyataan sering kali berjalan secara tidak sesuai dengan cita-cita dan harapan... Dan hidup juga menjadi tidak pasti karena hari esok masih merupakan misteri bagi kita...

Kita tidak pernah tahu apa yang bakal terjadi hari esok.. Apa yang telah kita bangun dan usahakan hari ini dengan setitik harapan bahwa esok kita menuai sesuatu dari usaha kita sebagaimana yang kita inginkan, namun ternyata yang kita dapati berbalik arah melawan kehendak kita... Kenyataan tidak sesuai dan bertolak belakang dengan harapan..

Dan dalam kondisi demikian, barulah kita menyadari kesejatian diri ini dihadapan kekuatan alam dan otoritas Tuhan.. Sadar bahwa hakikat diri ini hanyalah setitik debu yg berterbangan di hamparan gurun pasir yang maha luas.. Kesadaran itulah yang memberi kita nafas kearifan dan mengakui bahwa sebagai manusia biasa kita hanya memiliki otoritas yang sangat terbatas, kecil, dan nyaris tak berarti…

Pada titik inilah kita membutuhkan kehadiran Tuhan untuk menguatkan hati-hati kita yang lemah dan menggantungkan segala sesuatu atas kehendak-Nya. Dan pada saat yang sama, kita membutuhkan Agama karena agama mengajarkan bagaimana kita bersabar, tawakkal, dan yang terpenting.. Agama mengajarkan pada kita bagaimana menemui Tuhan dan menangis di kaki-Nya...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar